Yogyakarta – Setiap unit kerja di lingkungan Universitas Gadjah Mada memiliki karakteristik masing-masing. Beberapa unit kerja memiliki karakter yang spesifik, baik dari sisi keunikan karakteristik jenis pekerjaan maupun keunikan jenis kepegawaiannya, sehingga menuntut pengelolaan SDM yang khusus dan spesifik pula. Berbagai perbedaan persepsi dan permasalahan tersebut tentunya mengakibatkan adanya hambatan dalam pengelolaan SDM. Padahal UGM sebagai PTN BH memiliki tuntutan kinerja yang sangat tinggi sehingga SDM sebagai komponen pendukung harus diperkuat dan dikelola dengan baik.
Berdasar hal-hal tersebut Direktorat Sumber Daya Manusia kembali menyelenggarakan kegiatan Workshop Sinergi Pengelolaan Sumber Daya Manusia pada Unit Khusus di Lingkungan Universitas Gadjah Mada untuk mengidentifikasi alternatif solusi dan rencana tindak lanjut. Workshop diselenggarakan pada hari Kamis, 2 Maret 2017 bertempat di Hotel Crystal Lotus. Workshop diikuti oleh pimpinan unit kerja khusus di lingkungan Universitas Gadjah Mada, diantaranya Wisma MM, UGM Residence, Rumah Sakit UGM, Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM), Rumah Sakit Hewan Soeparwi, UGM Press, dan Pusat Inovasi Agroteknologi UGM.
Workshop dibuka oleh Wakil Rektor Bidang SDM dan Aset UGM, Prof. Dr. Ir. Budi Santoso Wignyosukarto, Dip.HE. Dalam sambutannya Prof Budi menyampaikan bahwa UGM sebagai PTN BH memiliki organisasi dan tata kerja yang berbeda dengan PTN Satker. Jika PTN Satker telah memiliki OTK tertentu dan memiliki sumber pembiayaan rutin dari APBN, berbeda dengan PTN BH. Diskusi yang paling berat adalah bahwa OTK PTN BH tidak diakui oleh Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Selain itu Universitas memiliki beberapa unit penunjang yang sifatnya khusus.
“Universitas punya beberapa unit penunjang, seperti rumah sakit yang selain terikat dengan Universitas atau Kemenristerkdikti, juga terikat dengan peraturan dari Kemenkes. Demikian pula unit-unit lainnya yang memiliki kekhususan tersendiri. Harapannya unit khusus ini memiliki otonomi. Universitas perlu mendefinisikan unit khusus itu apa dan seperti apa, bagaimana pengelolaan SDM nya. Harapannya unit khusus dapat memilih dan mengelola sumber daya manusia dengan sebaik-baiknya.” ungkap Prof. Budi dalam sambutannya.
Acara dilanjutkan dengan paparan Prof Budi tentang Profil dan Pengelolaan Sumber Daya Manusia di Unit Khusus. Dalam paparannya, beliau menyampaikan bahwa kompleksitas pengelolaan sumber daya manusia harus mampu ditangkap pengelola sebagai peluang. Permasalahan yang seringkali dihadapi diantaranya kompleksitas status kepegawaian, karakteristik pekerjaan yang sangat spesifik, kompleksitas permasalahan terkait dengan ijin belajar, kompleksitas jalur karir, sistem penggajian dan lainnya.
Kompleksitas jenis status kepegawaian misalnya, saat ini terdapat beberapa jenis kepegawaian di Universitas, mulai dari PNS/CPNS, pegawai tetap Universitas, pegawai kontrak dengan Direktur SDM, juga pegawai kontrak dengan unit kerja. Terdapat pegawai yang memiliki karakteristik pekerjaan yang berbeda dan membutuhkan keahlian khusus, dan tidak dapat dirotasikan ke unit kerja lainnya. Akan tetapi ada juga pegawai yang sifat pekerjaannya lebih umum, dan dapat dirotasikan di unit lain.
“Pertanyaan selanjutnya adalah “Apakah kita akan melakukan otonomi pengelolaan SDM?” dan jika otonomi, sejauh apa otonomi diberikan?” lanjut Prof. Budi. Untuk memutuskan seberapa otonomi akan diberikan, gambaran mengenai bussiness process organisasi menjadi salah satu pertimbangan penting.
Terkait dengan banyaknya unit kerja yang mengangkat pegawai sendiri, Prof Budi menegaskan bahwa persoalan mengangkat pegawai tidak hanya mempertimbangkan kemampuan keuangan fakultas untuk memberikan gaji bagi pegawai yang bersangkutan, akan tetapi juga harus mempertimbangkan kebutuhan ruang kerja, energi listrik, juga luasan lahan parkir dan jalan, dan yang lebih penting untuk ditelaah adalah berbagai imbas ke-SDM-an yang mungkin timbul.
“Pengangkatan pegawai tidak hanya perkara kemampuan unit untuk menggaji, akan tetapi juga memikirkan hal yang lebih besar” ungkap beliau.
Acara dilanjutkan dengan presentasi rancangan pengelolaan sumber daya manusia di masing-masing Unit Khusus, disampaikan langsung pimpinan unit kerja khusus di lingkungan Universitas Gadjah Mada. Diantaranya Wisma MM, UGM Residence, Rumah Sakit UGM, Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM), Rumah Sakit Hewan Soeparwi, UGM Press, dan Pusat Inovasi Agroteknologi UGM. Presentasi dilanjutkan dengan diskusi dengan para pimpinan unit khusus dan pimpinan Universitas.
Beberapa kesimpulan dalam workshop ini diantaranya adalah bahwa seluruh kebijakan dalam pengelolaan sumber daya manusia harus mengacu pada kinerja organisasi, kinerja individu dan kebahagiaan individu pegawai. Ketiganya harus seimbang sehingga jangan sampai terjebak pada kebahagiaan individu pegawai tanpa memikirkan dampaknya pada kinerja organisasi dan kinerja individu.
Kedua, menegaskan kembali bahwa unit khusus ini berada di dalam lingkup universitas, bukan sebagai unit yang lepas. Jika digambarkan, unit khusus ini berada dalam orbit yang dapat dibagi berdasarkan klaster. Pegawai dalam beberapa jenis pekerjaan tertentu dapat berpindah antar unit kerja. Sehingga jenis pegawainya dapat diklasifikasikan pegawai dengan jalur karir yang umum dan dengan jalur karir yang spesifik. Terkait dengan hal tersebut, Direktorat Sumber Daya Manusia Universitas Gadjah Mada akan menuangkannya dalam kebijakan pola karier berikut sistem insentif yang digunakan dalam unit khusus, sehingga pola karier pegawai baik di unit khusus maupun unit lainnya menjadi lebih terukur dan terstruktur.