Yogyakarta – Dalam perencanaan kebutuhan SDM, seringkali muncul isu-isu yang mengemuka, salah satunya adalah isu pemetaan SDM berbasis keilmuan yang bersifat jangka panjang. Minimnya mapping SDM berbasis bidang keilmuan, berimbas pada perencanaan SDM yang tidak sesuai dengan kebutuhan pengembangan imu. Selain itu seringkali terjadi gap antara kebutuhan sekarang dengan kebutuhan di masa yang akan datang. Ketika disepakati bahwa pemenuhan kebutuhan SDM harus berdasar pada pengembangan visi keilmuan di masa yang akan datang, perlu diperhitungkan dan dirumuskan kembali visi keilmuan yang akan dicapai di masa datang, dipetakan kembali potensi dan tantangan yang dihadapi untuk kemudian dipetakan akan membutuhkan SDM yang seperti apa. Pada hari Senin, 21 September 2015 bertempat di UC Hotel diselenggarakan Workshop Perhitungan Kebutuhan SDM UGM Berdasar Visi Keilmuan. Workshop ini merupakan rangkaian dari upaya pembangunan organisasi dan tata kelola SDM yang akuntabel dan transparan, sesuai dengan apa yang diamanahkan dalam statuta, visi-misi, dan arah kebijakan umum UGM 2012-2037. Tahun 2016 ditetapkan sebagai tahun pengembangan Sumber Daya Manusia UGM. Dalam rangka penataan fungsi SDM, isu perencanaan dan penghitungan kebutuhan SDM menjadi isu krusial yang harus segera mendapat penyelesaian untuk mendapatkan perencanaan penataan SDM yang holistik dan integratif dalam pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Workshop dihadiri oleh jajaran Pimpinan Universitas, Fakultas, Sekolah dan Unit Kerja di lingkungan UGM.
Workshop dibuka oleh Rektor UGM, Prof. Ir. Dwikorita Karnawati, M.Sc., Ph.D. Dalam pengarahannya Rektor UGM menyampaikan bahwa saat ini terjadi kesenjangan pemahaman terhadap arah kebijakan umum UGM antara pimpinan dan pelaksana di unit kerja. Banyak yang tidak mengetahui arah kebijakan Universitas sebagai pelopor pengembangan ilmu dan teknologi dalam 25 tahun ke depan. “Dalam rangka melanjutkan visi misi UGM sebagai world class university dengan menambahkan socio entrepreneur, pada lima tahun pertama kita memantapkan dasar arah pengembangan keilmuan baik bidang akademik dan riset. Hal ini menjadi dasar pengembangan rencana induk kampus, yang terdiri dari rencana pengembangan pendidikan, penelitian, PKM dan pengembangan SDM” ungkap Ibu Rektor. Tujuan workshop kali ini adalah merumuskan formula perhitungan SDM yang mendukung rencana pengembangan keilmuan UGM. Ouput yang diharapkan dari workshop adalah tersedianya dokumen di setiap unit kerja yang memuat perencanaan kebutuhan SDM dalam jangka panjang yang dapat digunakan sebagai panduan pengadaan SDM setiap tahunnya.
Workshop dilanjutkan dengan paparan dari Prof. dr. Iwan Dwiprahasto, M.Med.Sc., Ph.D, Wakil Rektor Akademik dan Kemahasiswaan UGM yang mengangkat tema tentang Pengembangan SDM UGM Berbasis Tantangan Akademik di masa yang akan datang. Dalam paparannya Prof. Iwan menyampaikan bahwa Pendidikan Tinggi saat ini menghadapi changing world yang dipengaruhi antara lain oleh globalisasi, knowledge explosion, kompetensi tinggi, kinerja excellence, keragaman, perubahan teknologi, dan knowledge transfer. Kondisi ini menimbulkan tekanan perubahan di Perguruan Tinggi yang harus segera disikapi. “UGM saat ini bisa jadi berada dalam lingkup pusaran yang sedemikian hebat dalam pengembangan tridharma yang tanpa disadari mungkin saja UGM sudah berada dalam virtuous circle. Kekurangan pada satu bagian tidak akan pernah ada habisnya dan mempengaruhi bagian lainnya” ungkap Prof. Iwan.
Lebih lanjut Prof. Iwan menjelaskan bahwa jika pengembangan SDM hanya untuk memenuhi kebutuhan saat ini, maka UGM hanya akan lari di tempat. Oleh karena itu, harus ada perubahan paradigma. Pengembangan SDM harus berbasis pada visi pengembangan ilmu di masa depan, tantangan tridharma di masa yang akan datang, output yang sesuai visi, penataan program studi atau departemen, dan menyesuaikan tantangan di masa depan. Salah satu aspek yang harus ditekankan adalah mendasarkan pengembangan program studi kepada arah pengembangan keilmuan. Selain itu perlu untuk dilihat keunikan di setiap fakultas, misalnya dalam hal penugasan dosen dalam bidang keilmuan yang mendasar.
“Prinsip pengadaan dan pengembangan SDM seharusnya leapfrogging, tidak sekedar mengisi kekosongan sekarang, tetapi mengisi kekosongan masa depan. Tujuannya adalah untuk menyambut masa depan” ujar Prof. Iwan. Yang terjadi saat ini cenderung hanya mengisi terus-menerus SDM, padahal sesungguhnya perlu evaluasi, apakah unit atau program studi tertentu perlu dilanjutkan dan ditambah pengelolanya ataukah harus ditutup. Prof. Iwan menambahkan bahwa yang menjadi pertanyaan kemudian adalah SDM seperti apa yang dibutuhkan? Banyak aspek yang harus dipertimbangkan, seperti dari aspek luas dan kedalaman bidang keilmuan, SDM harus paham dengan proses teaching dan learning yang dilakukan, memahami budaya akademik dan identitas UGM, dan paham tentang leadership dan change. Selain itu SDM harus paham dengan penerapan research-based practice, memiliki kompetensi dan kapasitas networking, paham bahwa segala aktivitas yang dilakukan berdampak pada diri dan institusi, dan SDM yang mengedepankan nilai dan mementingkan kualitas pengajaran.
Paparan selanjutnya disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia, Prof. Dr. Ir. Budi Santoso Wignyosukarto, Dip. HE. Jika selama ini, perencanaan penambahan dosen hanya untuk menambal kekurangan yang ada, harus diubah menjadi berdasar visi pengembangan keilmuan di masa depan. Pertimbangan rasio dosen dengan mahasiswa penting untuk diperhatikan, tetapi lebih penting lagi pertimbangan terhadap tantangan tridharma di masa yang akan datang. “Terdapat beberapa kelemahan rasio antara lain rasio perbandingan tidak sama antar jurusan, tugas dosen tidak hanya mengajar, melainkan Tri Dharma Perguruan tinggi (pengajaran, penelitian, pengabdian), serta kesulitan mengukur secara pasti beban pengabdian kepada masyarakat” jelas Prof. Budi. Pemenuhan kebutuhan SDM yang hanya didasarkan pada kebutuhan administrasi akreditasi dan hanya mengikuti keberadaan program studi juga perlu diubah, semestinya berbasis pada luaran yang sesuai visi UGM, berdasar penataan program studi, dan menyesuaikan tantangan di masa depan.
Melalui identifikasi terhadap tantangan lokal, nasional, global serta dengan menentukan arah pengembangan keilmuan, disandingkan dengan potret dan pemetaan kondisi SDM saat ini, diharapkan dapat disusun sistem dan rencana kebutuhan SDM yang dibutuhkan untuk membangun kualitas akademik. Melalui workshop ini, berupaya dipetakan kebutuhan SDM di masa mendatang secara komprehensif, mulai dari kompetensi, sikap dan perilaku dan posisi yang dibutuhkan. Diikuti dengan rencana pengembangan dan pembinaan SDM.
Dalam rangkaian Workshop Perhitungan SDM berdasarkan Visi Keilmuan, selain penyampaian presentasi terkait dengan Kebijakan Pengadaan dan Pengelolaan SDM Berdasarkan Visi Keilmuan oleh Pimpinan Universitas, disampaikan pula sharing Permasalahan Pengembangan Bidang Keilmuan dengan narasumber Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Geografi. Dalam paparannya, saat ini Fakultas Geografi tengah menyusun basis data bidang ilmu dan membangun basis data bidang keahlian dosen sebagai langkah strategis dalam penentuan arah pengembangan bidang ilmu beserta mapping kebutuhan sumber daya. Pada sesi berikutnya, dilakukan presentasi Perhitungan Kebutuhan Dosen dan Pegawai, mulai dari Fakultas Farmasi, Fakultas Psikologi, dan Sekolah Vokasi.
Melalui paparan yang diberikan, diharapkan banyak pembelajaran dalam pengelolaan SDM di setiap fakultas yang dapat dijadikan inspirasi. Selain kriteria SDM yang profesional yang dibutuhkan di setiap unit kerja, setiap unit kerja memiliki tantangan yang berbeda-beda kompleksitas dan jenisnya. Seperti Fakultas Psikologi yang memiliki karakter yang berbeda sebagai sebuah disiplin keilmuan yang mono disiplin, Fakultas Farmasi dengan Struktur Organisasi dan Tata Kelola yang baru serta Sekolah Vokasi yang memiliki karakter yang berbeda dengan unit kerja lainnya di UGM. Dalam paparannya, Dekan Fakultas Psikologi mengangkat isu-isu yang dihadapi dalam pengelolaan SDM, diantaranya adalah tentang strategi rekrutmen, antara talent resources dengan kemungkinan untuk rekrutmen dosen yang sudah tenured di tempat lain. Isu tentang dosen yang “berselingkuh ilmu”, imbreeding dan kondisi yang tidak terduga seperti beberapa dosen meninggal dunia, dan sakit keras adalah tantangan dalam pengelolaan SDM.
Sekolah Vokasi ini harus mampu mengenali dan mengidentifikasi kompetensi yang paling diminati dunia kerja. Rektor mengatakan bahwa Sekolah Vokasi ini adalah salah satu pilar dalam konsep yang diusung UGM sebagai Teaching Industry, sebagai bentuk integrasi dari sekolah vokasional dengan research and development. Keberadaan Sekolah Vokasi yang unggul ini diharapkan menjadi hilirisasi riset-riset yang dikembangkan UGM. (SDM UGM/Evi;Rima)